Entri Populer

10.12.2011

Dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, peranti-peranti adat dilambang atau diungkapkan dengan benda atau keadaan tertentu. Di samping "keadaan" atau "benda" tertentu itu dapat dipahami secara langsung, kita perlu juga melukiskannya dengan lambang-lambang (simbol) yang memiliki nilai.Namun, tentu saja cara seperti itu tidak dapat dilakukan terhadap Yang Khalik karena Tuhan tidak boleh dilambangkan atau dinilai."Keadaan" (ada) ialah informasi tentang suatu objek. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan keadaan meliputi makhluk yang nyata dan makhluk yang abstrak. Sementara itu, lambang dibutuhkan karena keterbatasan panca indera manusia untuk menangkap keadaan-keadaan yang terjadi di alam ini. Sebuah lambang dapat dikatakan bagus jika dapat dipahami oleh khalayak dengan pengertian yang sama.Pemahaman benda atau makhluk melalui lambang memerlukan kesepahaman, baik konvensional maupun inkonvensional. Akan tetapi, penilaian terhadap "keadaan" atau "benda" itu idealnya menampilkan secara bersama-sama nilai kualitas dan nilai kuantitas. Namun, dalam prakteknya, penilaian itu sering dilakukan secara terpisah antara kuantitas dan kualitas.Cara menilai kuantitas suatu "keadaan" yang selama ini dikenal manusia adalah dengan menggunakan angka-angka bilangan yang dinyatakan secara analog atau digital.Pada sistem digital, suatu "keadaan" dipilah-pilah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau yang disebut dengan diskrit-diskrit. Sementara itu, "keadaan" tidak dipilah-pilah lagi ke dalam diskrit-diskrit pada sistem analog. Sebagai contoh, jam digital yang digerakkan oleh aliran listrik membagi waktu "detik" menjadi diskrit-diskrit "detik" yang lebih kecil lagi.Penjelasan sistem digital ini gunanya untuk memahami pengertian nilai kuantitas dan nilai kualitas dari suatu keadaan. Istilah tersebut belum ditemukan dalam bahasa Melayu yang banyak diserap dari bahasa Arab.Angka 0 digunakan untuk melambangkan nilai kualitas, sedangkan angka 1 digunakan untuk melambangkan nilai kuantitas.Dalam sistem analog, angka 1 tubuh digunakan untuk melambangkan tubuh manusia yang merupakan kesatuan antara tubuh kasar dan tubuh halus.Sementara itu, tubuh manusia yang merupakan kesatuan antara tubuh kasar dan tubuh halus dilambangkan dengan angka 01 tubuh dalam sistem digital.Oleh karena sistem digital menggunakan dua lambang untuk mengekspresikan satu tubuh, yaitu 0 dan 1, maka keadaan tubuh dapat dianalisis dengan menggunakan analogi-analogi yang menggunakan lambang tubuh tersebut.Lambang 0 apabila dioperasikan (dijadikan subjek pekerjaan) saat dikalikan dengan 1 tetap akan menghasilkan angka 0 (tiada ada). Lambang 0 tetap menghasilkan angka 0 (tiada ada) jika dibagi dengan 1 atau bilangan lainnya. Sebaliknya, apabila lambang 0 menjadi pembagi dari semua bilangan, hasilnya menjadi tiada terhingga. Oleh karena itu, lambang 0 bersifat kualitatif karena tidak mampu menghasilkan nilai-nilai bilangan angka lainnya.Selanjutnya, jika kita mengoperasikan lambang angka 1 dengan menjadikan sebagai subjek, faktor pembagi atau pengali, maka selalu akan menampilkan nilai bilangan yang dapat ditulis dengan angka (kuantitatif).Berdasar paparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa nilai yang dihasilkan tubuh halus dari tubuh manusia selalu bersifat kualitatif, yang terentang antara tiada ada sampai tiada terhingga. Sementara itu, nilai yang dihasilkan tubuh kasar dari tubuh manusia bersifat kuantitatif karena dapat ditulis dengan angka-angka (lambang). Inilah cupak atau takaran nan duo, dialektika yang telah dipahami oleh nenek moyang orang Minangkabau semenjak zaman dahulu, meskipun belum menggunakan istilah kualitatif dan kuantitatif.Nenek moyang orang Minangkabau telah menampilkan dengan cerdas bit informasi tersebut dalam terminologi adat dan budaya Minangkabau yang berbentuk metafora-metafora atau idiom-idiom sebagai berikut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar